11 Mei 2011

Belajar dari banyaknya kegagalan.

Sumber Gambar : Klik

Hai... bertemu kembali...

Tegal yang panas, tapi saya tetap cinta kota tegal, meski akhir akhir ini cuaca lagi tak menentu, terkadang pagi mendung, siang hujan, malamnya panas, bahkan sebaliknya, terkadang pagi cerah, siang panas, eh malamnya malah turun hujan. Efeknya banyak yang terserang penyakit demam dan lain sebagainya.

Okay.. well...saya akhir – akhir ini sedang belajar dari banyaknya kegagalan. Siapa sih yang gak pernah merasakan kegagalan. Kamu pasti pernah dong? Dan siapa sih yang pingin mengalami kegagalan?? tidak ada bukan?? inginnya selalu sukses dan lancar – lancar saja. Ya, termasuk saya, bahkan orang tua saya pun pernah kok merasakan kegagalan. Yaps.... jelasnya kegagalan dalam membina rumah tangga. Alias bercerai. Mereka bercerai sewaktu saya masih duduk di bangku SD kelas 4. yah masih ingusan begitu lah. Memang saat itu saya belum tahu kenapa sebab dan musababnya mereka bercerai, tapi lambat laun saya jadi tahu dan bisa memahami alasan utama kenapa bapak dan ibu saya mengakhiri pernikahan yang sudah cukup bertahan lama. Konon kata ibu saya begini,

mungkin batas jodoh antara bapak dan ibu hanya sampai di situ”

Allahua'lam bisyahwab”.

Biarkan Allah dan orang tua saya saja yang tahu kenapa sampai bercerai, yang jelas kami anak – anaknya hanya ingin yang terbaik, demi kebahagiaan mereka.

Dengan bertambahnya umur serta Kedewasaan, saya jadi tahu dan bisa menempatkan pada situasi dan kondisi, saya bisa memahami ini semua, dan saya mensyukuri, mungkin ini takdir yang Allah berikan kepada keluarga saya, perpisahan ini mungkin yang terbaik dari segala keputusan yang harus di ambil saat itu, dari pada dalam satu rumah dan ikatan pernikahan tapi selalu terkena konflik. Lebih baik mengakhiri, ya mungkin begitu salah satu alasannya.

Well.. sudah - sudah...begitu juga dengan saya, eitssssss.... tapi saya tidak ingin mengikuti jejak kedua orang tua saya, menikah lantas berpisah, saya juga pernah merasakan tidak enaknya menjadi anak dari keluarga broken home, so .... saya tidak ingin seperti itu lagi, bagaimana nasib anak anak saya kelak, dan nasib keluarga saya kelak, jika memang terjadi demikian, “Audzhubillah himindzalik”.

Belajar dari banyak nya kegagalan, saya pernah merasakan banyak kegagalan, entah harapan, cita cita, dan cinta, saya pernah melampaui itu semua, gagal dan bahkan sempat berputus asa. Ahh.. sungguh perjalanan kehidupan yang luar biasa, segala uji dan coba berturut turut saya lalui, dari sebagian ujian itu tidak sedikit yang mengalami kegagalan. Bahkan saya nyaris putus asa dan drop fikiran serta fisik saya. Parahnya lagi sempat sih terlintas untuk menyerah dan mengakhiri semuanya.

Astaughfiruallah...”

Tidakkkkkkkkkkkk..........!!!!!!! jangan sampai... !!!!! Audzubillah himindzalik....Ampuni aku ya Rabb...”

Gagal.!!!!!! Dalam hidup ini kita pasti sudah pernah merasakan kegagalan. Kegagalan adalah sesuatu yang belum sesuai dengan harapan kita. Dan akhirnya putus asa, dan merasa kecewa. Begitu bukan?. Okey....

Saya pernah mengalami kegagalan, entah dalam ujian sekolah saya, atau ujian praktikum saya, saya pernah mengalami penurunan tingkat prestasi, padahal sebelumnya saya sudah memprediksi bahwa saya bisa dan mampu mendapatkan nilai yang lebih baik dari kawan kawan saya, tapi kenyataannya? Tidak sesuai harapan, dan gagal lah saya, putus asa lah saya, menangis lah saya, hingga menyesali apa yang sudah saya lakukan, dan berandai - andai jika saya tidak seperti itu, maka jadinya tidak seperti ini, dan berbagai macam kata penyesalan. Ahh... sungguh hanya itu yang bisa saya luapkan kala mengalami kegagalan.

Dan dalam urusan kehidupan, saya pernah gagal, menjalin hubungan beberapa kali, dari yang mulanyahanya cinta monyet, sampai ingin benar benar serius dan menjalin komitmen. Berharap banyak keajaiban di balik hubungan yang saya ikrarkan, hingga tak ingin mengalami kegagalan yang kesekian kali, tapi apa yang terjadi?? toh akhirnya gagal juga, dan bersedih lah saya, menangis lah saya, membuat pengandaian sendiri jika saya tidak begini maka tidak akan begitu, patah hati lah saya, termenung lah saya, seperti kehilangan akal sehatlah saya, dan lain sebagainya, yang lebih cenderung ke arah negatif.

Mahsya Allah...”

Dan masih banyak lagi hal lainnya yang ada dalam kehidupan saya, yang saya jalani selama 24 tahun ini. Subhanallah...

Lantas, Apakah saya harus menyerah?? lalu mengakhiri hidup saya?? lantas tidak ingin menanggung ujian yang Allah berikan?? Tentu tidak bukan??.

Itu hanya perbuatan yang di lakukan oleh orang bodoh, tak memiliki iman, dan tak memiliki islam, Audzubillah Himindzalik.. sedangkan orang tua saya saja tidak mencontohkan demikian mereka selalu mengajarkan agama kepada saya sewaktu saya kecil sampai saat ini.

Mereka ( bapak dan ibu ) memberikan contoh bahwa semuanya sudah takdir dan kehendak serta iradat dari Allah. Jangan di sesali, syukuri lah yang telah terjadi. Dengan begitu saya merasa kuat, meskipun akhirnya menangis dan menyesali juga.

Padahal saya berkeinginan, kelak jika umur saya sudah tidak di cukupkan oleh Allah, dan Allah mengambil nyawa saya, kembali ke pangkuan Allah, Ingin sekali meninggal dalam keadaan baik dan Khusnul khotimah...kalaupun dengan sakit, tidak di siksa dengan rasa sakit, Meninggalkan segalannya dengan baik. Sebagaimana saya lahir di dunia ini membuat mereka tertawa bahagia, menyambut kedatangan saya. Amin Ya rabbal alamin.

Jadi, apa iya jika saya mengakhiri semuanya dengan pedih apa anak dan keluarga saya akan bahagia? Tidak ingin bukan? Dan apa iya dengan mengakhiri segalanya saya langsung masuk ke surga? Bertemu dengan Almarhum bapak? Seperti yang saya impi – impikan? Tidak juga bukan? Bukan kah orang yang baik akan masuk surga. Dan orang yang jahat akan masuk neraka, so.. rugilah saya, jika akhirnya mengakhiri semuanya dengan tindakan konyol dan berputus asa.

Yakinlah semua yang sudah terjadi pasti ada hikmah di balik ini semua, biarkan yang telah pergi, dan ikhlaskan yang telah pergi, karena semuanya berasal dari Allah, dan kelak pun akan kembali kepada Allah.

Belajar dari banyaknya kegagalan, kehidupan, prestasi, keinginan, harapan dan cinta, semuanya hanya amanah yang kelak akan di beri ujian dari Allah, seberapa amanahnya kita menjaga semuanya. tidak ada yang abadi, suatu saat akan kembali, berdoalah untuk di berikan pengganti yang lebih baik, kalaupun Allah mengembalikannya kepada kita syukuri yang terjadi, jangan butakan mata hati kita dengan surga duniawi. Akhiri lah dengan baik, karena yakinlah semuanya datang dan pergi atas kehendak Allah.

So... Yakinlah.. ada hikmah di balik ini semua, jangan mudah putus asa, tetapkan bahwa Allah memiliki rencana yang luar biasa di balik ini semua. Karena :

Ridhollahu fi ridho walidayni wa suhtullah fi suhtu walidayni”.

Kegagalan jadikan sebagai pembelajaran, tidak ada orang yang langsung sukses tanpa pernah merasakan kegagalan. Cintailah yang seharusnya kamu cintai, contohnya cinta Allah, cinta orang tua, cinta para sahabat – sahabatmu. Insya Allah, Allah tidak akan menyalahi janjiNya kepada kita umatNya yang selalu terus berjuang, tanpa berputus asa. Percaya?? Saya Percaya !!!.

Tidak ada komentar: