08 Februari 2011

Saya ingin bercerita tentang kisahku. tentang hati yang terlepas

Sedikit cerita tentang sebuah rasa yang pada akhirnya saya syukuri ketika saya melepaskan seseorang untuk pergi dari saya..atau bisa jadi saya melepaskan diri dari seseorang yang saya ada dihatinya…

Yah…kamu…!! Ini cerita tentangmu…perjalanan ketika kau kulepas dari hati-ku…

Seperti..

Pernah ada kata yang tercerita..

Dalam larik lagu pun terdendang…

Tentang rindu..

Tentang hati..

Tentang canda..

Tentang lara..

Tentang cinta..

Ladang yang terhampar luas..

Jika berisi kesabaran mutlak mungkin aku sedia berkubang dalam masa tunggu yang tak pasti..

Tapi ternyata tak begitu..

Tuhan tahu dan menungguku melakukan apa yang seharusnya kulakukan..

Bukan menunggu..

Tapi aku berlalu..

Dan itu membuatmu terlepas begitu saja..

Tertinggal begitu saja..

Menjauh..

Sangat jauh dari hatiku..

Seperti hati dua orang yang berjalan saling membelakangi..

Itulah hati kita..dekat karena hati

jauh karena jarak.

Tak ada salam perpisahan..

Jika ada yang bertanya pada saya apakah saya pernah mengalami patah hati, maka akan saya jawab iya. Jika ada yang bertanya apakah saya pernah merasa dicampakan, saya akan jawab, iya. Jika ada yang bertanya apakah saya merasa kehilangan, maka saya akan jawab, iya. Jika ada yang bertanya apakah saya pernah mencampakan orang, saya akan jawab seperti tiga pertanyaan sebelumnya, iya.

Jangan Tanya saya apa rasanya patah hati, tercampakan dan kehilangan atau mencampakan sebab kesemuanya ada dalam paduan rasa yang sama. Ketika itu saya merasa tak sanggup menanggungnya dan merasa ingin segalanya berakhir. Semua rasa itu sama berada pada titik terendah dan membuat semua hal rasional dalam hidup menjadi kabur bahkan mungkin hilang tersaput arus bernama keegoan dan emosi yang labil.

Dicampakan ataupun mencampakan pun rasanya sama, berada pada satu titik equilibrium yang sama. Sama-sama sakit pada dasarnya, hanya sensasinya berbeda. Semua orang tahu itu, bukankah itu adalah hal lumrah yang dialami pada manusia yang menjalani kehidupan?

Dulu saya merasa Tuhan berpihak padanya yang membuat saya remuk redam dan merasa tak ingin melanjutkan hidup.

Saya merasa semuanya penuh kejutan. Rasa sakit yang bertubi-tubi, kesialan dan musibah beruntun yang saya alami membuat saya hilang kendali dan menumpahkan emosi saya pada satu titik dan akhirnya membuat saya menyesal seumur hidup saya. Hingga hari ini, saya masih menyesali emosi yang tumpah ruah itu. Hanya karena seorang anak manusia, saya yang biasanya tenang bisa begitu bertindak mengecewakan.

Agak lama saya terperangkap dalam rasa yang menyakitkan bila di akumulasikan. Tapi naluri alami saya menyatakan dengan tegas bahwa saya harus bertahan, harus kuat dan mampu melewati semua hal ini. Semuanya menjadi pengaruh buruk bagi saya, menyimpan rasa itu, menikmati rasa itu, pada akhirnya menggerogoti pikiran-pikiran positif saya. Kesadaran saya yang paling logis dan paling terakhir tersisa menyentak saya untuk tak membiarkan diri saya hancur. Kesadaran saya membantu saya untuk mengeja lagi semua hal yang saya alami. Dan membuat saya untuk memutuskan sesuatu. Bahwa saya harus melepaskan rasa itu, tak terkukung dan bebas, agar ia tak merasa terbebani dengan rasaku ini.

Kesadaran saya bilang pada saya, jika saya terus memelihara ‘kekacauan’ seperti itu maka tak sehat hasilnya bagi diri saya. Bukan saja mempengaruhi emosi saya, tapi juga kejiwaan dan fisik saya. Tahukah?? Pada saat itu saya seperti orang yang tak memiliki akal sehat lagi. Benar-benar tenggelam dalam emosi negative yang impulsive. Tolol!! Bagi saya begitu.

Sejak saya merasakan rasa sakitnya saya mengambil jeda pada diri saya hingga kesadaran saya mengambil kendali dalam diri saya lagi. Saya perlu waktu lama. Benar-benar waktu yang lama untuk bisa bangkit dan bersepakat antara ego, hati dan pikiran waras saya agar tak menghancurkan diri saya. Saya yang harus membuang dan memusnahkan semuanya sebelum saya yang dimusnahkan.

Sejak kesepakatan intern itu, saya berusaha menumbuhkan kepercayaan diri saya lagi. Saya berusaha lagi untuk memulai semuanya dari cara paling dasar yang saya tahu. Dari cara paling baik yang saya tahu.

Saya mendendam..
Saya terluka..
Saya membenci..
Dan itu membunuh diri saya perlahan.
Akhirnya…saya pasrah. Dalam kondisi yang tenang dan stabil saya pasrah.

Di saat itu baru saya menemukan jawaban dari segala Tanya saya. Sebelumnya saya bertanya pada banyak orang tentang apa yang harus saya lakukan dan sekian banyak pertanyaan yang juga saya ajukan pada Tuhan. Memang orang-orang menjawab segala Tanya saya, tapi semuanya teori!! Teori yang saya tak mampu aplikasikan..Teori yang saya tak mampu menjalani. Teori yang membuat saya merasa gila karena pad a akhirnya merasa dihantui.

Di saat itu baru saya menemukan jawaban yang saya cari.

Saya yang harus membuat semuanya berakhir, saya yang harus mengakhiri!

Saya melenyapkan semua sakit, dendam dan perasaan kacau-balau lainnya pada satu kesepakatan intern hati. Untuk sudi melepaskan semuanya. Melepaskan dan berlalu pergi, bukan untuk lari, tapi untuk mendapati kebaikan hati.

Saya melepaskan emosi negative saya, dan belajar lagi untuk mendapati hal positif dalam diri saya. Dalam emosi yang kacau itu saya telah kehilangan banyak hal. Saya bukan hanya kehilangan satu orang yang saya cintai. Tapi banyak orang yang saya cintai terkorbankan karena saya. Dan saya tak ingin membuat semua keadaan lebih parah dari sebelumnya.

Perlahan.

Secara perlahan saya menjalaninya dengan tulus, ikhlas..hingga saya mampu melepaskannya.

Melepaskan segala hal yang membuat saya tersakiti dan berkubang lama dalam rasa tak ikhlas. Melepaskan semua hal negative yang saya rasakan..dan membuat hati saya kembali merasakan kehidupan yang lebih baik..lebih positif dan lebih bermanfaat.

Melepaskan dan membantu ia agar tak menanggung beban yang lebih berat lagi.

Saya yakin saya mampu…

Bukankah Tuhan tak membebani umatNya melebihi kapasitas umat??

Saya yakin saya mampu..

Maka dari itu…saya lepaskan semua emosi…hasrat dan kegilaan saya terhadap hal yang luar biasa memberi pengaruh dalam hidup saya..meski pada akhirnya saya sadari kelak, saya akan berterima kasih pada rasa itu. Karena dari rasa itu saya belajar banyak hal..dan rasa itu pula yang mengantarkan saya pada jenjang ini..di antara pintu kedewasaan saya…

Dan kini ketika saya berhasil melepaskan semuanya…

Maka saya ucap..

“Terima kasih….karena saya pernah merasakan rasa terhadapmu…dan kini..saya lepas engkau dari hati saya…agar tak ada beban lagi dalam hidupmu”

Hari ini kulepaskan kau dari hatiku”

“Untuk perjuangan yang penuh luar biasa selama satu setengah tahun….untuk yang menemani selama satu setengah tahun ini..terima kasih karena selalu ada untukku..meski aku tak melihat karna jarak dan waktu, .tapi akhirnya aku tahu..dalam sikapmu..dalam ucapanmu..dalam diammu..dalam doamu..dukungan untukku dan cinta tak pernah putus..terima kasih..”

Tidak ada komentar: