31 Oktober 2011

#Galau

Seringkali kita dipertemukan dengan orang yang salah sebelum kita benar-benar bertemu dengan orang yang tepat. Tapi kadangkala pertemuan dengan orang yang salah itu menimbulkan luka. Karena bagaimanapun, pernikahan bukan hal sepele. Pernikahan melibatkan hati terdalam, dan ada hadits riwayat Aisyah ra yang mengatakan bahwa pernikahan itu sensitif. Maka, ada sebagian orang yang sulit melupakan masa lalunya, khususnya masa lalu yang pernah singgah di hatinya, dan itu tinggal kenangan. Tapi nasi sudah menjadi bubur, dan kita harus mencari lagi nasi yang baru. Walaupun ada sebagian yang merasa berat untuk memulai kembali melangkah, melanjutkan ikhtiar dan membuka lembaran baru. Dan kesalahan yang banyak dilakukan sebagian kita adalah mencintai sebelum dia benar-benar sah menjadi pasangan kita. Hal itu dapat membawa luka, dan bisa jadi sulit melupakan bila ternyata akhirnya dia bukan ditakdirkan untuk kita.

Mencintai bukan hal yang salah. Mencintai dapat memberi harapan ke arah hubungan yang lebih pasti. Tapi hendaknya cinta itu kita berikan secara proporsional. Bagaimanapun, cinta bukanlah penentu seseorang itu menjadi pasangan kita atau tidak. Dia hanyalah salah satu faktor, dan bukan faktor yang dominan. Dan banyak faktor yang menjadi dasar apakah seseorang itu akan menjadi jodoh kita atau tidak, baik itu faktor kesiapan, kecocokan, kejujuran, kemantapan, dan juga takdir. Cinta kadangkala hanyalah perasaan di saat kita membangun harapan untuk bersanding dengan pujaan hati. Di saat harapan semakin besar, maka cinta pun bersemi. Walaupun seharusnya itu akan lebih baik kita berikan bila si "dia" sudah benar-benar menjadi pasangan sah kita. Tapi bukan berarti saya menghalangi seseorang untuk mencintai. Silakan mencintai, itu sah-sah saja, hanya saja janganlah berlebihan apabila belum waktunya, agar nanti hati kita tidak terluka bila ternyata "dia" ditakdirkan bersanding dengan orang lain. Nah...

NB : Copy Paste dari Catatan Teman KLIK

Tidak ada komentar: