Biasa bersembunyi dari fikiran – fikiran yang hingga kini masih memburu tangisku, aku terduduk lama, mungkin waktu akan tertawa melihatku terdiam, memutar otak, untuk sekedar menorehkan larik – larik hatiku pada lembaran maya yang telah ku arsipkan sebagai suatu langkah dalam perjalanan hidupku.
Tak tahu lagi harus lari kemana, dalam pagiku aku di sudut, siang aku sudut, hingga malampun letakku masih tetap di sudut.
Entah apa yang aku lakukan, aku menunggu dia mengetuk pintu kolonialku, seperti yang jarang ia lakukan. Saat menjaga maaf ingin kembali, tapi sepertinya dia tak akan datang, tak perduli Oasis, siapa yang akan mendengar gelak tawa sesenggukan ku?
Aku hanya memandang pada satu sudut, saat dimana kenangan – kenangan itu akan berakhir, teman aku hadirkan, hari hari aku larutkan, tawa aku keluarkan, namun dalam sangkar aku masih memeluk diriku sendiri.
Dalam setiap lamunan, dia selalu datang, lantas menari – nari di pelupuk kanan dan kiri mataku. Menjajah hati dan pikiranku.
Dia tampak tak pernah mau tahu, menggotongku tak henti ke hulu dan hilir, kapan kau akan kembali ?, padahal aku sudah terlalu lelah dengan cemas, sungguh. Tak lebih dari mimpi yang selalu gagal berkemas menuju pagi. ALLAH bolehkah aku pergi….meninggalkan semuanya yang masih tertinggal di pelupuk mataku?? Yang menari – nari di kediaman hatiku ??
ALLAH.......... aku tidak ingin segagal ini, sekecewa ini, sepedih ini. Meski jawaban pasti sudah aku dapatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar